Pidato Sambutan Rahbar Pada Pembukaan Konferensi Internasional Solidaritas Palestina
Saya sampaikan selamat datang kapada Anda sekalian, tamu-tamu yang terhormat, para ulama, pemikir, politikus dan para mujahid yang datang ke Republik Islam Iran guna menghadiri konferensi keempat solidaritas Palestina.
Dalam jangka waktu antara konferensi ini dengan konferensi yang lalu yang digelar tanggal 15-17 Rabiul Awwal 1427 hijriyyah di Tehran, terjadi banyak peristiwa penting dan menentukan yang telah membuat ufuk masa depan isu Palestina semakin terang dan tugas kita terkait masalah yang hingga kini tetap menjadi isu pertama Dunia Islam ini juga semakin jelas.
Diantara peristiwa penting itu adalah kekalahan militer dan politik mencengangkan yang diderita Israel dalam menghadapi moqawamah Islam pada perang 33 hari di Lebanon tahun 1427 hijriyah dan kekandasan memalukan rezim zionis Israel pada perang kejamnya selama 22 hari terhadap rakyat dan pemerintahan legal Palestina di Gaza.
Rezim penjajah [Israel] yang dalam beberapa dekade tampil garang dan seakan tak terkalahkan dengan kekuatan perang dan persenjataan yang didukung penuh secara militer dan politik oleh AS, kini terbukti lemah dan dua kali menelan kekalahan menghadapi gerakan perlawanan moqawamah yang dalam berperang lebih mengandalkan tawakkal kepada Allah dan kekuatan rakyat daripada kekuatan senjata dan logistik. Meski memiliki pasukan yang terlatih dan siap secara militer, dibantu dengan badan-badan intelijennya yang luas dan besar serta adanya dukungan penuh AS, sejumlah negara Barat dan para munafikin di tengah Dunia Islam, rezim Zionis nampak kerdil di hadapan arus kuat kebangkitan Islam. Israel sedang bergerak menuju jurang kehancuran.
Dari sisi lain, kejahatan besar dan bersejarah yang dilakukan oleh orang-orang zionis, pembantaian warga sipil dalam skala luas, penghancuran rumah orang-orang yang tak berdaya, dada anak-anak bayi yang dikoyak peluru, sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang dibombardir, penggunaan bom-bom fosfor dan senjata terlarang lainnya, penutupan pintu masuknya suplai makanan, obat-obatan, bahan bakar dan kebutuhan primer lainnya bagi rakyat selama dua tahun terakhir, dan banyak kejahatan lainnya, semua itu menunjukkan bahwa perangai bengis dan tabiat kejahatan para pemimpin rezim ilegal Zionis saat ini tidak berbeda dengan tabiat mereka beberapa dekade silam di awal penderitaan bangsa Palestina. Kebijakan, tabiat yang buas, kebengisan yang pernah mereka tunjukkan dalam tragedi Deir Yassin serta Sabra dan Shatila, hari ini tetap ada di lembaran kelam pikiran dan hati mereka, thaghut-thaghut zaman ini. Hanyasaja hari ini berkat kemajuan teknologi, lingkup kejahatan mereka lebih luas dan lebih dahsyat.
Mereka yang beranggapan bahwa rezim zionis tidak terkalahkan dengan mengangkat slogan ‘berpikir faktual' telah mengulurkan tangan persahabatan dan kepasrahan kepada para perampok itu. Baik mereka maupun orang-orang yang berharap bisa hidup secara damai dengan orang-orang zionis dan beranggapan bahwa generasi kedua dan ketiga zionis tidak memikul dosa yang dilakukan oleh generasi pertamanya, mereka seharusnya sudah bisa menyadari kesalahannya. Pertama; dengan gelombang kesadaran umat Islam dan tumbuhnya tunas-tunas moqawamah Islam, kedigdayaan palsu itu telah runtuh dan bukti-bukti kelemahan dan kebuntuan rezim penjajah zionis telah terkuak. Kedua; tabiat kebuasan dan rasa tidak malu untuk melakukan kejahatan sudah ada pada diri para pemimpin rezim itu sejak dekade-dekade pertama. Kapan saja mau atau merasa bisa, mereka siap melakukan kejahatan apapun.
Kini, 60 tahun telah berlalu dari pendudukan negeri Palestina. Selama ini, segala sarana dan fasilitas kekuatan dan materi ada di tangan para perampok itu. Dari mulai uang, senjata, dan teknologi sampai upaya politik dan diplomasi juga jaringan media dan imperium pemberitaan dan informasi, semuanya ada di tangan mereka.
Dengan adanya seluruh kinerja ala syaitan itu yang dilakukan dalam skala luas dan mencengangkan, para penjajah dan pendukung mereka tetap tak mampu melegalkan eksistensi rezim zionis. Dengan berlalunya waktu, masalah ini bahkan semakin pelik dan rumit.
Salah satu bukti kegamangan ini adalah sikap media-media Barat dan zionis serta rezim-rezim pembela zionisme yang tak bisa bertoleransi meski hanya terhadap satu pertanyaan atau penelitian tentang Holocaust yang telah mereka jadikan alasan untuk merampas negeri Palestina. Lembaran sejarah rezim zionis yang hitam kini semakin pekat di mata opini dunia, dan pertanyaan tentang alasan pembentukan rezim inipun semakin mengemuka.
Aksi protes yang terjadi secara massal dan spontan di dunia, mulai dari Asia timur sampai Amerika Latin yang mengecam rezim itu adalah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Di 120 negara termasuk di Eropa, bahkan di Inggris yang membidani kelahiran rezim penjahat ini, masyarakat menggelar aksi demo secara besar-besaran. Dukungan yang mereka nyatakan kepada moqawamah Islam di Gaza dan moqawamah Islam di Lebanon dalam perang 33 hari adalah bukti bahwa kini telah lahir sebuah fenomena baru bernama perlawanan dunia terhadap zionisme, yang dalam 60 tahun terakhir tidak seluas dan sebesar ini. Bisa dikatakan bahwa moqawamah Islam di Lebanon dan Palestina berhasil menyentak dan menyadarkan hati nurani dunia.
Ini adalah pelajaran yang besar bagi musuh-musuh umat Islam yang dengan kekerasan dan penumpasan, hendak memaksakan keberadaan sebuah rezim dan bangsa palsu dan ilegal dengan beranggapan bahwa berlalunya waktu akan membuat proyek ini menjadi fenomena yang tak terbantahkan lagi dan pemaksaan yang kejam ini bakal berubah menjadi hal yang alamiah. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam khususnya generasi muda yang punya harga diri dan hati nurani yang sadar bahwa jihad dan perjuangan untuk merebut kembali hak-hak yang terampas tidak akan pernah sia-sia dan benar janji Allah SWT ketika berfirman:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَ إِنَّ اللَّهَ عَلى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ. الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَ لَوْ لا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوامِعُ وَ بِيَعٌ وَ صَلَواتٌ وَ مَساجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيراً وَ لَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ.
Telah diizinkan kepada mereka yang berperang karena mereka dizalimi dan sesungguhnya Allah Maha Mampu untuk memberikankan pertolonganNya kepada mereka. [yaitu] orang-orang yang terusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar kecuali hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah'. Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Dan sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q. S Al-Hajj: 39-40)
Allah SWT juga berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعادَ
Sesungguhnya Allah tidak mengingkari janji. (Q.S. Aal Imran: 9)
firmanNya yang lain:
وَ لَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ
Dan sekali-kali Allah tidak akan mengingkari janjiNya. (Q.S. Al-Hajj: 47)
Dia berfirman pula:
وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَ لكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Itulah janji Allah. Allah tidak mengingkari janjiNya. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui. (Q.S. Ar-Rum: 6)
Allah SWT berfirman:
فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انتِقامٍ
Dan jangan sekali-kali engkau mengira Allah mengingkari janji yang Dia berikan kepada rasul-rasulNya. Sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Pemilik Pembalasan. (Q. S. Ibrahim: 47)
Janji manakah yang lebih jelas dari janji Ilahi ini kala Dia berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِی الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِی ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِی لا يُشْرِكُونَ بِی شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia redhai untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang kafir sesudah janji itu maka merekalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al-Nur: 55)
Adalah satu paralogisme besar dalam masalah Palestina yang sengaja ditebar di pikiran adalah bahwa Israel adalah nama sebuah negara yang eksis sejak enam puluh tahun yang lalu dan kenyataan ini harus diterima apa adanya. Saya tidak tahu mengapa mereka tidak mau mengambil pelajaran dari fakta lain yang ada di hadapan mereka. Bukankah negara-negara Balkan, Kaukasus dan Asia barat daya berhasil memperoleh kembali identitas asli mereka yang telah terampas 80 tahun lamanya di bawah bayang-bayang kekuasaan bekas Uni Soviet? Mengapa isu Palestina yang merupakan bagian dari tubuh dunia Islam tidak boleh memperoleh kembali jatidirinya sebagai negeri Islam dan Arab? Dan mengapa pemuda-pemuda Palestina yang tergolong pemuda Arab yang paling cerdas dan paling resisten tidak diperkenankan membalik fenomena kejam yang ada saat ini?
Paralogisme besar lainnya adalah klaim yang menyebutkan bahwa solusi satu-satunya bagi keselamatan bangsa Palestina adalah jalur perundingan. Perundingan dengan siapa? Dengan rezim perampas, pendusta dan sesat yang hanya mengenal kekerasan tanpa pernah mengindahkan aturan apapun? Apa yang selama ini didapat oleh mereka yang merasa nyaman dengan permainan ini dan senang dininabobokan dengan tipuan ini? Terlepas dari kehinaan dan pelecehan yang ada, apa yang disebut dengan nama pemerintahan otonomi yang didapat dari orang-orang Zionis sebenarnya didapat dengan harga yang sangat mahal, harga pengakuan akan hak kepemilihan Israel atas hampir seluruh wilayah negeri Palestina. Kedua, pemerintahan yang lemah dan ringkih ini dalam banyak kasus menjadi sasaran penistaan dan pelanggaran hanya karena alasan sepele. Dulu Yasser Arafat pernah diisolasi di kantornya di Ramallah, belum lagi berbagai macam pelecehan dan penistaan yang tidak mungkin terlupakan.
Ketiga, di zaman Arafat dan khususnya di zaman setelahnya, rezim zionis memperlakukan pemerintahan otoritas Palestina layaknya polisi mereka yang bertugas mengejar dan menangkap para pejuang Palestina dan mengepung mereka dengan barikade intelijen dan kepolisian. Dengan demikian, mereka menanamkan benih-benih permusuhan di tengah faksi-faksi Palestina dan mengadu domba diantara mereka.
Keempat, hal kecil yang mereka peroleh itu tidak didapat kecuali karena jihad dan perlawanan patriotik warga Palestina, laki-laki dan perempuan, yang pantang menyerah. Jika tidak ada intifadah, meski para pemimpin tradisional Palestina sudah berulang kali rela melepaskan haknya sedikit demi sedikit, rezim zionis tidak akan pernah bersedia memberikan hak sekecil inipun.
[Atau mungkin] berunding dengan AS dan Inggris yang telah melakukan dosa terbesar dengan menciptakan kanker ganas ini dan mendukungnya. Mereka bukan penengah, tetapi pihak yang terlibat dalam sengketa. Rezim AS tidak pernah menghentikan dukungan penuh dan tanpa syaratnya kepada rezim zionis, tak terkecuali di saat rezim Zionis terang-terangan melakukan tindak kejahatan seperti yang terjadi baru-baru ini di Gaza.
Bahkan Presiden baru AS yang meraih kursi kekuasaan berkat slogan janji perubahan pada kebijakan pemerintahan George W. Bush, kini mengulangi cara dan menempuh jalan yang sama dengan Bush. Ia menyatakan dukungan mutlaknya untuk keamanan Israel. Artinya ia mengumumkan dukungannya kepada terorisme negara, kepada kekejaman dan despotisme, kepada pembantaian massal ratusan laki-laki dan perempuan Palestina selama 22 hari. Ini tak lain adalah pengulangan gaya Bush, tak kurang dari itu.
Berunding dengan lembaga-lembaga di bawah payung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga tidak akan membuahkan hasil apapun. PBB mungkin tidak banyak menghadapi ujian seperti isu Palestina yang bisa mempermalukannya. Satu hari pendudukan Palestina oleh kelompok teroris zionis langsung direaksi dengan cepat oleh Dewan Keamanan dengan mengakui hak zionis atasnya. Dewan Keamanan telah memainkan peran kunci bagi munculnya dan berlanjutnya kekejaman bersejarah ini. Setelah itu, sepanjang beberapa dekade dengan sikap bungkamnya, Dewan Keamanan merelakan terjadinya pembantaian massal, pengusiran, kejahatan perang dan berbagai kekejaman lain yang dilakukan oleh rezim ini. Bahkan ketika Majlis Umum PBB mengesahkan resolusi yang menyebut rezim zionis Israel sebagai rezim rasis, Dewan Keamanan bukan hanya tidak berjalan seiring dengan suara Majlis Umum tetapi malah mengambil sikap yang 180 derajat berlawanan dengannya. Negara-negara arogan yang memiliki keanggotaan tetap di Dewan Keamanan memanfaatkan dewan dunia ini layaknya alat untuk kepentingan mereka.
Hasilnya, Dewan ini bukan hanya tak membantu tegaknya keamanan di dunia, malah menggunakan jargon-jargon seperti hak asasi manusia atau demokrasi dan semisalnya sebagai alat kerakusan untuk memperluas kekuasaan. Dengan jargon-jargon itulah dewan ini mengemas kebohongan dan tipu dayanya.
Keselamatan Palestina tidak akan pernah didapat dengan berharap kepada PBB atau kekuatan adi daya atau lebih dari itu, rezim panjajah zionis. Keselamatan Palestina hanya bisa diperoleh lewat presistensi dan moqawamah. Dengan persatuan bangsa Palestina dan ketauhidan yang merupakan khazanah gerakan jihad yang tak akan pernah berakhir.
Tonggak bagi moqawamah ini, dari satu sisi adalah faksi-faksi pejuang Palestina dan seluruh rakyat Palestina yang pejuang dan mukmin baik di dalam maupun di luar negeri Palestina, sementara di sisi lain, tonggak moqawamah itu adalah negara-negara dan bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia, khususnya para ulama dan tokoh agama, kaum cendekiawan, tokoh politik dan figur perguruan tinggi. Jika dua tonggak ini berdiri tegak di suatu tempat, tak diragukan lagi nurani yang sadar, hati dan akal pemikiran yang tidak tercemari oleh propaganda pemberitaan media raksasa milik kekuatan arogansi dan zionisme, yang berada di seluruh penjuru dunia pasti akan bergegas memenuhi panggilan orang-orang tertindas yang meminta pertolongan. Saat itulah, mesin-mesin arogansi harus berhadap-hadapan dengan badai pemikiran, emosi dan dan tindakan. Kita sudah menyaksikan contoh dari hakikat itu di hari-hari terakhir moqawamah Gaza yang spektakuler. Tangisan direktur sebuah badan bantuan internasional yang berasal dari salah satu negara Barat di depan kamera media massa dunia telah mendorong para aktivis lembaga-lembaga kemanusiaan untuk menggelar demonstrasi besar penuh khidmat di jantung ibukota Eropa dan kota-kota besar di Amerika. Tindakan berani yang dilakukan oleh pemimpin sejumlah negara di Amerika Latin dan hal-hal lain yang telah terjadi menunjukkan bahwa Dunia non Muslim tidak sepenuhnya jatuh ke tangan kelompok jahat -yang dalam terminologi Al-Qur'an biasa disebut dengan nama syeitan-. Masih ada tempat bagi munculnya kebenaran di sana.
Iya, moqawamah (resistensi) dan kesabaran para pejuang dan rakyat Palestina serta bantuan dan dukungan penuh dari seluruh negara Islam kepada mereka akan menghancurkan mitos kedigdayaan rezim pendudukan di Palestina. Energi dahsyat yang dimiliki oleh umat ini dapat mengatasi seluruh masalah Dunia Islam termasuk masalah Palestina yang merupakan masalah paling serius dan mendesak.
Kini kepada Anda sekalian, saudara dan saudari Muslim-ku di seluruh dunia, juga kepada mereka yang memiliki hati nurani yang sadar di negara manapun dan dari bangsa apapun, saya katakan, upayakan dengan sungguh-sungguh untuk menghancurkan mitos kekebalan hukum bagi orang-orang zionis yang melakukan tindak kejahatan. Seretlah para pemimpin politik dan militer rezim penjajah zionis ke meja pengadilan sampai mereka menerima hukuman yang setimpal sesuai dengan prinsip keadilan dan logika. Ini adalah langkah awal yang mesti dilakukan. Para pemimpin politik dan militer zionis harus diadili. Jika terbukti bersalah mereka harus dihukum. Dengan demikian orang-orang yang gila kejahatan akan jera melakukan tindak kriminal. Membiarkan para pelaku kejahatan besar bebas justeru akan mendorong mereka melakukan kejahatan yang lain.
Jika dulu setelah berakhirnya perang 33 hari di Lebanon dan tragedi luas yang ditimbulkannya, umat Islam secara serius menuntut pengadilan terhadap orang-orang zionis yang telah menciptakan tragedi ini; jika setelah peristiwa pembantaian rombongan pengantin di Afganistan atau setelah terjadinya pembunuhan yang melibatkan pasukan bayaran Black Water di Irak, juga setelah terbongkarnya skandal penjara Abu Ghraib yang melibatkan tentara AS, jika setelah itu terjadi, umat Islam serius menuntut pengadilan atas para pelaku kejahatan, tentu hari ini kita tidak akan pernah menyaksikan peristiwa Karbala yang lain di Gaza. Kita, negara dan bangsa-bangsa Muslim tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dipikulkan akal dan prinsip keadilan pada pundak kita dengan semestinya. Akibatnya kita menyaksikan apa yang kita saksikan hari ini.
Amat disayangkan bahwa sebagian pemerintahan dan politikus dunia sudah sangat asing dengan aturan etika dan hukum nurani kemanusiaan. Bagi mereka, pembunuhan 1350 orang dan terlukanya sekitar 5500 orang warga sipil yang tak berdosa bahkan banyak diantaranya adalah anak kecil, pada perang 22 hari di Gaza bukanlah hal yang bisa mengusik emosi mereka. Para pelaku kejahatan bukan hanya tak terkena jerat hukum malah mereka diberi penghargaan dan hadiah. Keamanan rezim haus darah ini dipandang sebagai hal sakral yang harus dibela habis-habisan. Sedangkan pihak tertindas, baik pemerintahan yang lahir dari suara rakyat secara mutlak maupun rakyat yang mendudukkan pemerintahan itu di tampuk kekuasaan, semuanya menjadi pihak tertuduh dan tergugat. Inilah aturan peradilan politik yang tidak sejalan dengan etika, nurani dan budi pekerti. Rezim-rezim seperti ini ketika menyaksikan kebencian luas opini umum terhadap diri mereka, bukan mencari penyebab kebencian itu tetapi malah bermain-main politik dan perputaran yang tidak benar inipun terus bergulir.
Saudara dan saudariku yang mulia di seluruh penjuru Dunia Islam!
Ambillah pelajaran dari pengalaman yang ada. Hari ini, berkat kebangkitan Islam, umat kita yang besar ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Kunci untuk mengurai berbagai masalah yang menimpa negara-negara Islam hanya ada pada keuletan dan persatuan komunitas yang besar ini. Masalah Palestina adalah masalah yang paling mendesak bagi Dunia Islam.
Kadang kala terdengar suara yang menganggap isu Palestina sebagai masalah dunia Arab. Apa arti dari ungkapan itu? Jika yang dimaksudkan adalah untuk memancing emosi Dunia Arab supaya lebih besar demi membela dan memperjuangkan masalah Palestina, hal itu tentu layak dipuji dan kami patut memberinya ucapan selamat. Akan tetapi jika yang dimaksudkan adalah mempersoalkan pihak lain yang terpanggil oleh seruan nurani sehingga bergerak membantu lalu pihak ini dipersoalkan dengan mengatakan ‘mengapa kalian membantu Gaza', jika ini yang dimaksudkan -sementara para pemimpin sejumlah negara Arab sedikitpun tidak peduli dengan seruan permintaan tolong ‘Ya lalmuslimin' (Wahai umat Islam) dan dalam isu penting seperti tragedi Gaza justeru bekerjasama dengan musuh perampas dan kejam-, maka tak ada satu pun orang Muslim atau Arab yang masih memiliki harga diri dan hati nurani bisa menerima ungkapan seperti itu dan tak ada pula yang tidak mengecam orang yang mengatakan hal itu. Ini adalah logika Akhzam yang dikisahkan memukuli ayahnya sendiri dan ketika ada orang yang ikut campur ia akan menghardiknya. Setelah ia, anaknya mengikuti jejak sang ayah dan memukuli kakeknya sendiri. Inilah yang dalam peribahasa Arab dinyatakan;
ان بنی رملونی بالدم شنشنة اعرفها من اخزم
Membantu rakyat Palestina sepenuhnya dan mendukung mereka adalah kewajiban fardlu kifayah bagi seluruh umat Islam. Negara-negara yang mempermasalahkan Iran dan sejumlah negara Muslim lainnya karena menolong rakyat Palestina, sebaiknya mereka bangkit menolong rakyat Palestina sehingga kewajiban fardlu kifayah ini tidak lagi menjadi tanggungan orang lain. Namun jika mereka tidak memiliki kemauan dan keberanian untuk melakukan hal itu, setidaknya mereka bisa mendukung langkah orang yang merasa bertanggung jawab dan berani melakukannya, jangan malah menjadi batu ganjalan.
Para hadirin yang terhormat!
Kalian semua telah hadir di konferensi ini. Terkait masalah Palestina, kalian tentunya cukup ahli dan punya pandangan. Tugas historis kita semua hari ini bukan lagi mengulang kata-kata dan teori lama yang telah terbukti gagal. Yang diperlukan adalah prakarsa baru untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman dan kezaliman rezim zionis. Kami mengusulkan sebuah mekanisme yang sepenuhnya sejalan dengan prinsip demokrasi dan diterima oleh opini dunia, yaitu menggelar referendum yang diikuti oleh semua orang yang memiliki hak atas negeri Palestina, baik yang beragama Islam, Kristen atau Yahudi, termasuk juga orang-orang Palestina yang selama bertahun-tahun menjalani kehidupan yang berat sebagai pengungsi. Lewat referendum mereka dapat menentukan model sistem kenegaraan yang mereka inginkan.
Dunia Barat harus sadar bahwa menolak prakarsa ini berarti tidak konsekwen dengan prinsip demokrasi yang selalu didengungkannya, dan ini adalah evaluasi lain untuk mengungkap kebohongan mereka. Sebelum ini mereka telah diuji lewat isu Palestina, dan hasilnya mereka tidak bersedia mengakui pemerintahan Hamas yang dibentuk lewat perolehan suara pada pemilihan umum yang diselenggarakan serentak di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Mereka hanya mau menerima demokrasi jika hasilnya sesuai dengan kemauan mereka. Mereka inilah kelompok yang haus perang dan pembuat onar. Jika mereka mengaku suka perdamaian maka sebenarnya pengakuan itu tak lebih dari dusta dan kebohongan.
Saat ini masalah yang paling mendesak terkait isu Palestina adalah program rekonstruksi Gaza. Pemerintahan Hamas yang dibentuk berkat suara mayoritas rakyat Palestina dan telah menunjukkan patriotisme perjuangannya dengan mengalahkan rezim zionis, kini sedang berada di puncak kegemilangan dalam sejarah 100 tahun terakhir negeri Palestina. Karena itu Hamas harus menjadi poros dalam seluruh program rekonstruksi ini. Karena itu, saudara-saudara kita di Mesir diharapkan untuk membuka jalan sehingga seluruh negara dan bangsa-bangsa Muslim bisa melaksanakan kewajiban mereka dalam masalah yang penting ini.
Di akhir pembicaraan ini saya mengucapkan salam sejahtera kepada para syuhada perang 22 hari yang telah mengubah kucuran darah mereka di Gaza menjadi kehormatan bagi Islam dan Arab. Saya berdoa semoga mereka mendapat ampunan dan rahmat dari Allah. Saya menyampaikan pula salam sejahtera kepada para syuhada Palestina, Lebanon, Irak, Afganistan dan seluruh syuhada Islam dan kepada arwah pemimpin kami, Imam Khomeini. Kepada Allah SWT saya memohon kemuliaan bagi Islam dan kaum muslimin, dan semoga hati umat Islam semakin dekat satu dengan yang lain dan dunia Islam semakin hari semakin menemukan kesadarannya.
Wassalam'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.
Sumber:
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=9415
Komentar
Posting Komentar