PBB Bahas Kebrutalan Israel

PBB Bahas Kebrutalan Israel

NEW YORK, JUMAT - Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan untuk membahas pembantaian 18 warga Palestina di Beit Hanoun. Dalam pertemuan itu, wakil negara Arab mengajukan draf resolusi yang isinya mengecam tindakan Israel. Namun, draf itu diyakini akan diveto oleh Amerika Serikat.

Pertemuan yang digelar hari Kamis (9/11) waktu New York, menghadirkan 45 pembicara. Pertemuan itu memperlihatkan secara jelas perbedaan sikap antara Arab dan Barat dalam memandang konflik Palestina-Israel.

Para wakil Arab seluruhnya memanfaatkan forum itu untuk mengecam pembantaian yang dilakukan Israel terhadap 18 warga sipil Palestina—sebagian adalah anak-anak—di Beit Hanoun. Sebaliknya, pembicara dari Barat umumnya hanya menyayangkan peristiwa itu sampai terjadi.

Pemantau PBB untuk Palestina Ryad Mansour menganggap pembantaian terhadap rakyat Palestina, khususnya yang terjadi di Beit Hanoun, sebagai tindakan terorisme yang dilakukan negara.

"Ini adalah kejahatan perang dan pelakunya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya berdasarkan hukum internasional," kata Ryad Mansour.

Mansour meminta investigasi atas peristiwa pembantaian tersebut. Selain itu, dia juga mendesak PBB mengirim pasukan untuk mengawasi gencatan senjata antara Palestina dan Israel.

Qatar yang berbicara atas nama negara-negara Arab mengajukan draf resolusi dalam pertemuan DK PBB. Draf resolusi itu berisi kecaman terhadap pembantaian yang dilakukan Israel di Beit Hanoun.

Draf itu juga memerintahkan gencatan senjata dan investigasi atas sejumlah kasus pembantaian yang dilakukan Israel di Palestina. Selain itu, draf mengatur pengiriman pasukan PBB untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata Palestina-Israel.

Draf Qatar juga mendesak komunitas internasional, termasuk kelompok Kuartet yang terdiri dari AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa, mengambil langkah-langkah darurat untuk membantu menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah.

Pandangan para wakil Arab ini didukung Dubes Kuba di PBB Rodrigo Malmierca Diaz yang berbicara dalam kapasitasnya sebagai ketua Biro Koordinasi Negara-negara Nonblok.

Ditolak

Menurut rencana, draf usulan Qatar akan diputuskan dalam pertemuan lanjutan DK PBB, Jumat (10/11). Ryad Mansour berharap semua anggota DK segera menyetujui draf resolusi yang diajukan Qatar secepatnya.

"Kami harap Dewan saat ini tidak akan membiarkan rakyat kami terpuruk," kata Mansour.

Namun, sejumlah diplomat mengatakan, draf itu kemungkinan tidak akan mendapat dukungan banyak anggota Dewan. Bahkan, AS yang merupakan sekutu dekat Israel kemungkinan akan memveto draf tersebut.

Kalangan diplomat juga mengatakan, Perancis dan Inggris memilih mengajukan sejumlah amandemen atas draf usulan Qatar.

Sejauh ini, Barat memang bersikap lunak terhadap Israel. Dubes Finlandia untuk PBB Kirsti Lintonen yang berbicara atas nama UE menegaskan, Israel memiliki hak untuk membela diri dari serangan Palestina. Pernyataan ini mengisyaratkan, serangan Israel terhadap Palestina merupakan upaya membela diri.

Lintonen hanya mengingatkan Israel agar tak mengambil tindakan berlebihan dan melanggar hukum internasional di Palestina.

Sikap serupa juga disampaikan Dubes AS di PBB John Bolton. Dia mengatakan, semua pihak harus menerima kenyataan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dan rakyatnya. Bolton justru mengecam serangan roket pejuang Palestina ke wilayah Israel

Dalam pidatonya di depan DK, deputi perwakilan Israel di PBB, Daniel Carmon, menegaskan kembali penyesalan dan duka mendalam atas terbunuhnya 18 warga sipil Palestina di Beit Hanoun. Namun, kesempatan itu juga dia manfaatkan untuk membela tindakan Israel.

Dia katakan bahwa peristiwa Beit Hanoun tidak akan terjadi jika Palestina menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.

Sekjen mendatang

Dari Seoul dilaporkan, Sekretaris Jenderal PBB mendatang Ban Ki-moon, Jumat, menyampaikan keprihatinan mendalam atas pembantaian 18 warga Palestina.

Dia meminta DK PBB mengadakan pertemuan darurat dengan Sekjen PBB Kofi Annan yang sebentar lagi mengakhiri masa jabatannya. Pertemuan itu diperlukan untuk mencegah agar konflik tidak terus memanas di Palestina.

"Setelah mempelajari lebih rinci, saya akan memulai pembicaraan yang perlu dan menjadi prioritas ini. Saya harap anggota DK PBB dan Sekjen Kofi Annan akan memulai pembicaraan secepatnya," kata Ban Ki-moon. (AP/AFP/BSW)

sumber:

http://www2.kompas.com/ver1/internasional/0611/11/041532.htm

Komentar

Postingan Populer