Tragedi Kemanusiaan di Jenin

Minggu, 21 April 2002, 3:23 WIB

Asisten Menlu AS William Burns:
Tragedi Kemanusiaan di Jenin Mengerikan

Jerusalem, Sabtu

Israel tidak dapat lagi menutup-nutupi apa yang telah dilakukan di Jenin, Tepi Barat. Bahkan, sekutunya pun, Amerika Serikat (AS), secara tegas menyatakan, telah terjadi "tragedi kemanusiaan yang mengerikan" di wilayah itu."Apa yang saya lihat di sini adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang mengerikan," kata Asisten Menteri Luar Negeri (Menlu) AS William Burns yang bersama tim PBB mengunjungi kamp pengungsi Palestina di Jenin, Sabtu (20/4).

Ia menambahkan bahwa telah terjadi pertempuran yang menyebabkan "penderitaan ribuan penduduk sipil tak berdosa". Oleh karena itu, ia menyerukan agar dibuka jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan ke kamp pengungsi itu.

Utusan Rusia untuk Timur Tengah Andrei Vdovin pun mengatakan hal yang sama. "Ini penghancuran besar-besaran. Saya tidak dapat membayangkan akibat selanjutnya dari penghancuran ini," katanya, di Jenin, kemarin.

Sejauh ini jumlah korban tewas di Jenin belum diketahui secara pasti. Palestina menuduh tentara Israel telah melakukan pembunuhan massal di kamp pengungsi Jenin, menyebabkan 70 orang tewas. Namun, pihak Israel menyangkal tuduhan tersebut dan menyatakan korban tewas 23 orang, termasuk di antaranya tentara Israel. Menurut versi Israel, tewasnya korban lebih disebabkan oleh terjadinya pertempuran, bukan akibat serangan sepihak.

Pihak Palestina menyatakan serangan tentara Israel di Tepi Barat telah membawa korban sekitar 500 nyawa. Ini merupakan korban keseluruhan di berbagai tempat termasuk di kamp pengungsi Jenin.

Utusan PBB untuk Timur Tengah Terje Roed-Larsen ketika hari Kamis mengunjungi Jenin menggambarkan suasananya "sangat menakutkan di luar yang diyakini". Ia membandingkan keadaan itu dengan zona gempa bumi di mana-mana banyak bangunan runtuh dan rata dengan tanah.

Bau busuk jenazah yang membusuk yang masih keluar dari balik reruntuhan bangunan menambah suasana perkampungan yang mendapat serangan hebat pada 29 Maret dan kemudian diduduki menjadi semakin mencekam. Pengungsi yang selamat menceritakan, ketika itu tentara Israel melepaskan tembakan membabi buta dan menghancurkan setiap bangunan yang dilaluinya.

Petugas rumah sakit di Jenin mengatakan, jumlah jenazah di kamp pengungsian yang sudah dihitung ada 39 orang. Angka ini besar kemungkinan akan bertambah bisa mencapai 200-400 orang. Diyakini, masih banyak jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan rumah yang diroket dan dibuldoser tentara Israel. Jenin oleh Israel diyakini sebagai "markas" para pelaku bom bunuh diri.

Editorial surat kabar Arab Saudi yang dikenal moderat, Arab News, menyebutkan tragedi di Jenin mengingatkan masyarakat internasional akan tragedi serupa di Srebrenica, saat pecah perang Bosnia. Ketika itu, tahun 1995, sekitar 8.000 orang termasuk anak-anak dibunuh oleh tentara Serbia.

Resolusi PBB

Burns dan tim PBB mengunjungi Jenin setelah sehari sebelumnya, Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat menerbitkan resolusi untuk membentuk dan mengirimkan tim pencari fakta akan dugaan adanya pembunuhan massal di Jenin oleh tentara Israel. Resolusi itu mengekspresikan keprihatinan atas situasi kemanusiaan yang parah di tempat sipil warga Palestina.

Resolusi muncul akibat desakan negara-negara Arab yang menduga keras warga Palestina paling banyak menjadi korban di kamp pengungsi Jenin akibat operasi militer Israel sejak beberapa pekan. Israel memberi lampu hijau terhadap resolusi tersebut setelah Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres melakukan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan. Peres mengatakan, pemerintahnya akan bekerja sama dengan PBB untuk berbagi fakta tentang kejadian di Jenin.

"Israel tidak menyembunyikan sesuatu menyangkut operasi di Jenin," ucap Peres kepada Annan seperti dikutip BBC News, Sabtu. "Tangan kami bersih," tambahnya sebagaimana dikutip dari Misi PBB.

Amerika yang pada awalnya memberi indikasi untuk menahan resolusi, kemudian mengubah haluan dan mengajukan usul baru. Karena itu setelah mendapat tekanan diplomatik kuat dari Israel dan Amerika, resolusi itu tidak menyebut misi sebagai investigasi.

Duta Besar AS John Negroponte yang semula menolak resolusi mengatakan, "Adalah penting untuk mendapatkan fakta tentang apa yang terjadi di Jenin."

Wakil Palestina untuk PBB Nasser al-Kidwa mengatakan, resolusi sangat penting karena, "Kami yakin telah terjadi perang kejahatan, pembunuhan massal yang serius, karena itu orang-orang yang bertanggung jawab harus ditangkap dan dibawa ke pengadilan."

Sedangkan Menteri Penerangan Palestina Yasser Abed Rabbo setelah adanya resolusi tersebut mengatakan, "Ini merupakan langkah pertama menuju pengadilan (Ariel) Sharon sebelum dia dibawa ke pengadilan internasional."

Tak ada perkembangan

Israel menyatakan akan menarik pasukannya dari Nablus hari Minggu, namun tetap menempatkan pasukannya di sekitar markas Yasser Arafat dan di Gereja Kelahiran Yesus Kristus di Bethlehem sampai para militan yang ada di dalamnya menyerah.

Sampai Sabtu, belum ada kemajuan dari rencana langkah mundur itu. Wali Kota Bethlehem Hanna Nasser kepada kantor berita Reuters mengatakan, hari itu Israel tidak melakukan apa-apa. Namun, ada pembicaraan tingkat tinggi yang melibatkan negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Vatikan serta Palestina dan Israel.

Israel meminta para militan yang berada di antara 200 orang yang ada dalam Gereja Kelahiran Yesus Kristus sejak 2 April itu untuk menyerah.

Perdana Menteri Ariel Sharon mengatakan dia akan tetap menempatkan tank-tanknya di sekitar markas pemimpin Palestina berada sampai tertuduh pembunuh Menteri Pariwisata Israel Rehavam Zeevi diserahkan kepada Israel. Zeevi tewas pada Oktober tahun lalu.

Terhadap permintaan ini, Arafat menawarkan untuk mengadili pembunuh Zeevi di pengadilan Palestina. Hal ini disampaikan oleh penasihatnya, Mohammed Rashid, dan merupakan informasi pertama yang menyebutkan bahwa mereka (pembunuh Menteri Pariwisata) berada di perkampungan, serta merupakan upaya Arafat untuk keluar dari pengasingannya. (AP/AFP/REUTERS/CNN/RET)

sumber:

http://www2.kompas.com/utama/news/0204/21/162338.htm

Komentar

Postingan Populer